MEIDIANA DWI ANDYNI
55413407
Ucapan
Ucapan adalah cara seseorang berbicara dengan orang
disekitarnya, agar bisa saling berkomunikasi dan dari ucapan kita bisa tahu
Karakter seseorang, Asal Daerah seseorang, gaya berbicara, sikap seseorang dan
banyak lagi yang bisa kita ketahui dari Ucapan
A. Ejaan
Pengantar
·
Ejaan penting sekali artinya dalam kaitannya
dengan penggunaan bahasa Indonesia produktif tulis.
·
Dalam surat-surat pribadi dan kalimat catatan
harian misalnya, ketaatan dalam EYD tidak mutlak.
·
Dalam karangan ilmiah, dalam makalah, dan dalam
surat-surat perjanjian, kaidah ejaan harus betul-betul ditaati.
1. Penulisan Huruf
a. Penulisan Huruf Kapital
v Huruf
capital digunakan untuk mengawali kalimat yang baru
v Huruf
capital digunakan sebagai huruf awal pada nama diri.
v Ucapan
langsung juga diawali dengan huruf capital.
v Huruf
capital dipakai sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan dan
Kitab suci.
v Untuk
Tuhan kata gantinya ditulis dengan huruf
capital.
v Nama
diri, gelar kehormatan, keturunan, atau keagamaan, juga ditulis dengan huruf
capital.
v Nama
jabatan juga ditulis diawal dengan huruf capital apabila dikaitkan dengan nama
instansi atau nama daerah sebagai pengganti nama diri.
v Nama
diri atau nama lembaga yang terdiri atas beberapa kata, kata-kata tersebut
diawali dengan huruf capital apabila kata tersebut berupa kata tegas.
1. Nama
Jabatan yang dikaitkan dengan nama istansi atau nama daerah sebagai pengganti
nama diri
Contoh :
a. Walikota
Bandung
b. Kepala
Sekolah SMAN 1 JAKARTA
2. Nama,
gelar kehormatan, keturunan
Contoh :
a. Deny
Pratama
b. Ir. Pratama
c. Pangeran
Deny pratama
3. Nama Tahun, Bulan, Hari Raya dan pristiwa sejarah
Contoh :
a. Bulan Oktober, Hari Raya Idul Adha
b. Proklamasi Kemerdekaan
Kata
“anda” pada sebelumnya yaitu menggunakan huruf kecil tetapi pada tahun 1988
hinga saat ini kata “anda” menggunakan huruf kapital dan kata "anda" bukan lah kata sapaan melaikan
benar-benar kata ganti, seperti engkau. Kata presiden,
gubernur, universitas, atau fakultas misalnya, dalam pengertian umum ditulis
menggunakan huruf kecil.
Contoh
:
a. Presiden SOEKARNO menjadi Presiden
pertama di Indonesia
b. Kota
Jakarta dikepalai oleh seorang Gubernur
Dalam
Pengertian khusus, ditulis menggunakan huruf besar.
Contoh
:
a. Gubernur
kita Ahok akan dilantik pada bulan ini
b. Walikota
Bandung akan mengadakan kunjungan ke Solo
Nama
diri yang kemudian menjadi nama jenis, tidak perlu ditulis dengan huruf capital
Contoh
:
a. Ayah
pergi ke bengkel
b. Adik
saya mambeli sepeda
Nama
diri yang biasanya menggunakan huruf kapital, ditulis menggunakan huruf kecil
apabila diapit dengan awalan atau akhiran
Contoh
:
a. Orang
kejawa-jawaan
b. Orang
inggris itu lucu sekali bila menggunakan bahasa kejakarta-jakartaan
b. Huruf Tebal dan Huruf Miring
·
Judul buku atau nama majalah harus ditulis
dengan huruf tebal. Apabila ditulis dengan tangan kata-kata yang merupakan
judul buku ini harus diberi garis bawah.
Contoh :
Ø
Tata
Bahasa Baku Indonesia
Ø
Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Ø
Pengajaran
Bahasa dan Sastra
Ø
Pembinaan
Bahasa Indonesia
Ø
Hukum dan
Keadilan
Nama
lembaga, judul buku, atau nama majalah, harus ditandai huruf tebal. Apabila
ditulis dengan tangan harus diberi garis bawah.
Contoh
:
Ø Gunung Tangkuban Perahu
·
Judul naskah yang belum diterbitkan sebagai buku
seperti naskah skripsi, tesis, atau disertai cukup ditulis dalam tanda petik
(“______”).
Contoh :
Ø
“Ejaan yang Benar dalam bahasa Indonesia”.
Ø
“Frase Nomina dalam bahasa Indonesia”.
Ø “
Pengenalan Bahasa Java Pada Programmer”
Ø
“Molekul Atom”
Judul-judul
tersebut kalau dicetak ditulis dengan huruf miring.
Contoh
:
Ø
“Ejaan
yang Benar dalam bahasa Indonesia”.
Ø
“Frase
Nomina dalam bahasa Indonesia”.
Ø “
Pengenalan Bahasa Java Pada Programmer”
Ø “Molekul Atom”
·
Judul karangan yang dimuat dalam majalah atau
dalam buku kumpulan karangan, atau judul satu bab dari suatu buku yang harus
ditulis dengan huruf miring, kalau diketik atau ditulis tangan di antara tanda
petik.
Contoh :
Ø
Karangan Djoko
Kencono yang berjudul "Penyempumaan Ejaan Bahasa Indonesia" dimuat dalam buku Bahasa dan Kesustraan
Indonesia sebagai Cermin 1\1anusia Indonesia
Baru.
·
Huruf
miring juga dipergunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan kata, bagian kata
atau kelompok kata.
Contoh :
Ø
Huruf
pertama kata abad adalah a.
Ø
Dia bukan menipu
tetapi ditipu ("me-" dan
"di-" ditulis miring).
Ø
Yang
saya maksudkan prestasi bukan prestise.
Ø
Buatlah
kalimat-kalimat dengan kata berlepas tangan.
·
Huruf
miring juga digunakan untuk
menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing
yang belum disesuaikan ejaannya.
Contoh :
Ø
Nama
ilmiah buah manggis ialah carcinia
mongostana.
Politik
devide et impera pemah merajalela di
negeri ini
2.
Penulisan Partikel dan Awalan
·
Perlu
diperhatikan penulisan kata atau partikel yang dirangkaikan dan yang tidak
dirangkaikan.
·
Ada
kata atau awalan yang harus ditulis serangkai, yaitu adi- misalnya pada adidaya, adikuasa,
adimarga, adibusana.
·
Awalan
awa- pada awabau, awaair, awawarna, awasuara. Awalan awa- ini digunakan untuk
mengindonesiakan awalan de- pada kata-kata pinjaman dari bahasa lnggris dan
belanda seperti deodorant, dehidrasi,
devoice yang artinya 'penghilangan' atau 'alat' untuk menghilangkan'. Juga
mala- seperti pada malabentuk, malapraktik,
malagizi.
·
Kata antara ditulis
terpisah, tetapi antar-
ditulis serangkai. Contoh : antarkota,
antarpulau, antarnegara, antarbangsa.
·
Kata
maha apabila dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai. Contoh : mahasiswa, mahaguru, Mahakuasa, Mahaadil.
Tetapi apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak dirangkaikan. Contoh : Maha Pemurah, Maha Mengetahui, Maha
Pengampun. Yang dikecualikan dari ketentuan di atas ialah kata Maha esa yang meskipun kata maha itu dirangkai dengan kata dasar,
tetapi harus dipisah Ejaan yang betul menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ialah Tuhan Yang MahaEsa.
·
Bentuk-bentuk lain yang dirangkai ialah awalan pra-, pasca-,
pramu-, purna-, tuna-. Contoh : prasejarah, pascasarjana, pascapanen, pramuwisata, pramuria, purnawaktu, purnawirawan, swadaya, swalayan,
swasembada, tunakarya, tunasusila, tunarungu.
·
Kata-kata seperti anti-, non-, sub-, poli-.
Ultra-, supra-. Juga ditulis serangkai dengan
kata mengikuti, seperti
antikomunis, nongelar, subunit, politeknik, ultramodern, supranatural.
·
Gabungan dua kata yang diapit oleh awalan dan
akhiran juga ditulis serangkai. Contoh:
pertanggungjawaban, ketidakhadiran, dan menandatangani.
·
Kata-kata yang harus ditulis serangkai ialah : padahal, daripada, barangkali, sekaligus, apabila, bilamana,jikalau, andaikata, manakala.
3.
Penulisan Bilangan
·
Bilangan
ada yang harus ditulis dengan angka, ada yang harus ditulis dengan huruf.
·
Bilangan
yang menunjukan tahun, jam, tanggal, nomor rumah, harus ditulis dengan angka.
Begitu juga bilangan yang digunakan untuk memberi nomor bab, subbab, atau
bagian-bagian dari subbab.
·
Bilangan yang
menunjukkan jumlah dari satu sampai
sembilan ditulis dengan huruf,
jumlah seperti “dua juta rupiah” dapat juga ditulis dengan huruf, kecuali di
dalam tabel atau grafik.
·
Dalam
tabel atau grafik jumlah satu sampai sembilan pun ditulis dengan angka.
·
Jumlah seperti uang, luas tanah, berat suatu benda,
jarak antara suatu tempat dengan tempat lain, singkatnya jumlah yang menyatakan
ukuran dengan timbangan, selalu ditulis dengan angka, atau kadang ditulis
dengan angka tetapi juga disertai dengan huruf yang ditaruh di antara tanda
kurung.
·
Dalam
penulisan jumlah, ukuran dan timbangan itu di gunakan juga tanda titik dan
koma. Singkatan-singkatan seperti Rp (rupiah), kg (kilogram), m (meter), It
(liter) tidak perlu ditulis dengan tanda titik.
·
Tanda
titik digunakan pada jumlah satuan ribuan. Contoh : 1.000.000. untuk bilangan
yang menyatakan rupiah digunakan tanda koma di belakang satuan rupiah yang
diikuti oleh nol untuk satuan ketip dan sen. Jadi jumlah yang satujuta
limaratus riburupiah ditulis Rp 1.500.000,00.
·
Untuk
menyatakan jam, misalnya pukul setengah tiga, tanda titik itu ditaruh antara
jam dan menit.
·
Untuk
jumlah waktu yang terdiri atas jam, menit, dan detik digunakan dua titik.
Misalnya : dua jam lima belas menit
sepuluh detik ditulis 2.15.10.
·
Bilangan
tingkat dapat dinyatakan dengan huruf, dengan angka, dan dengan huruf dan
angka. Jadi ketiga dapat ditulis ketiga atau ke-3 atau III, abad kedua puluh,
abad ke-20 abad XX. Jadi awalan ke hanya digunakan apabila dihubungkan dengan
angka Arab. Angka Romawi tanpa awalanke- sudah menyatakan tingkat.
·
Dalam
kuitansi atau surat-surat yg mempunyai kekuatan hokum jumlah yang ditulis
dengan angka masih disertai jumlah yang ditulis dengan huruf yang ditulis di
antara tanda kurung.
4.
Tanda Baca
a.
Tanda Titik (.)
·
Tanda
titik dipakai untuk menandai berakhirnya kalimat.
·
Tanda
titik digunakan sesudah nomor bab atau subbab atau bagian dari subbab. Penomoran
bab atau subbab yang menggunakan sistem persepuluh pada angka terakhir tidak
disertai titik untuk menghemat tempat.
·
Singkatannya
yang terdiri dari huruf-huruf kapital, seperti SMP, SMA, ABRI tidak menggunakan
titik.
·
Singkatan
dengan huruf kapital yang merupakan gelar yang diletakkan di belakang nama
tetap menggunakan titik di belakang tanda koma tersebut. Contoh : Dr. Dharma Tintri, Izzati
Amperaningrum, S.E. M.M singkatan yang
menggunakan huruf kecil menggunakan titik. Misalnya :
Ø
atas
nama a.n.
Ø
untukbeliau
u.b.
Ø
dan
sebagainya dsb.
·
Judul
bab atau judul bagian subbab perlu menggunakan titik apabila judul itu langsung
diikuti uraian yang dimulai dengan baris yang sama dengan judul subbab atau judul
bagian subbab tersebut.
·
Alamat
surat, baik alamat pengirim ataupun alamat yang dituju, tidak menggunakan titik
karena alamat tersebut tidak merupakan kalimat.
·
Tanda
titik tidak dipakai pada singkatan-singkatan yang berkenaan dengan ukuran atau
timbangan, seperti Rp (rupiah), kg (kilogram), m (meter), 1t (liter) dan
sebagainya.
·
Tanda
titik digunakan dalam daftar pustaka yang rujukanya menggunakan sistem rujukan
tahun dan halaman. Karangan yang menggunakan rujukan pengarang atau penyunting,
antara judul buku dan kota penerbit. Contoh : Alisyahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata Bahasa Baru Indonesia. Jakarta :
Pustaka Rakyat.
b.
Tanda Koma (,)
·
Koma
digunakan untuk menandai adanya jeda atau kesenyapan antara dalam suatu
kalimat.
·
Tanda
koma sering digunakan setelah seruan, seperti : ah, wah, aduh, ya, hai, dan
sebagainya. Juga sesudah kata-kata seperti meskipun begitu, jadi, namun
demikian, oleh karena itu, maka dari itu.
·
Tanda
koma juga digunakan dalam kalimat majemuk yang anak kalimatnya mendahului induk
kalimatnya.
·
Tanda
koma digunakan juga untuk memisahkan dua kalimat yang setara yang dihubungkan
dengan kata tetapi, atau, melainkan.
·
Tanda koma
juga digunakan untuk
membatasi unsur-unsur dalam
suatu perincian.
·
Yang
harus diperhatikan ialah sebelum dan masih digunakan tanda koma.
·
Tanda
koma juga digunakan dalam rujukan kurung atau dalam rujukan tahun dan halaman,
untuk membatasi nama akhir pengarang dengan tahun penerbit.
·
Tanda
koma juga digunakan untuk membatasi kata-kata dalam kalimat petikan langsung.
·
Tanda
koma sering digunakan untuk mengapit atau menyisipkan keterangan tambahan.
·
Tanda
koma juga dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, dan di antara
nama tempat dan wilayah suatu negara yang ditulis secara beruntun.
·
Koma
juga digunakan untuk membatasi nama dan gelar yang terletak di belakang nama,
jumlah rupiah, ketip dan sen, antara satuan dan persepuluh.
c.
Titik Koma (;)
·
Tanda
titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh
:
Ø
Semua murid
diperlakukan sama; tidak
ada murid yang dianakemaskan.
·
Tanda
titik koma juga digunakan untuk membatasi bagian-bagian kalimat yang sudah
mengandung koma.
Contoh
:
Ø
Di
toko swalayan itu Amin membeli kemeja, sepatu, sapu tangan, dan kaos kaki; Ali
membeli ikat pinggang, topi, dasi dan kaca mata; sedang Amat membeli buku
tulis, pulpen, penggaris, dan minyak rambut.
·
Tanda
titik koma digunakan juga untuk memisahkan kalimat-kalimat dalam suatu
perincian.
Contoh
:
Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan teirma kasih yang sebesar- besamya kepada:
1) Bapak Dr., Aries Budi
Setyawan dan lbu Masodah, S.E. M.M sebagai pembimbing 1 dan pembimbing 2, yang
dengan penuh kesabaran telah memberikan petunjuk dan nasihat-nasihatnya;
2) Ibu Izzati Amperaningrum,
S.E. M.M , dosen wali penulis yang telah banyak memberikan bimbingan selama
penulis belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma;
3) Ir. Arjuna, pacar penulis
yang dengan setia mendampingi penulis menyelesaikan skripsi ini.
Dalam surat- surat keputusan
tanda titik koma banyak digunakan untuk membatasi kalimat- kalimat yang
merupakan bagian dari konsideransi dan bagian dari isi putusan itu sendiri.
Contoh
:
Mengingat
bahwa 1………………..;
2………………..;
3………………..;
Membimbing 1………………..;
2………………..;
3………………..;
Memutuskan 1………………..;
2………………..;
3………………..;
d.
Titik Dua (:)
·
Tanda
titik dua dipakai akhir suatu pemyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian
atau perincian.
Contoh : Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma
mempunyai dua jurusan Jurusan Akuntansi
dan Jurusan Manajemen.
·
Titik
dua juga digunakan pada kata-kata misalnya, contohnya, dan sebagai berikut yang
diikuti perinciaan.
·
Tanda
titik dua juga digunakan untuk pemerian
yang berbentuk formula, misalnya
pemerian suatu organisasi sebagai berikut :
Ketua : Meilani
Sekretaris
: Lies Handrijaningsih
Bendahara : Sri KumiasihAgustin
Juga dalam surat- surat
undangan yang menyebutkan hari/tanggal, pukul, tempat, dan cara dalam
bentuk formula berikut :
Dengan
Hormat,
Kami mengharapkan
kehadiran Bapak/Ibu/Saudara dalam
suatu rapat pengurus
Yang
akan kita selenggarakan pada :
Hari/tanggal : Senin, 25 Juli 2005
Pukul :
10.30
Tempat : Di Gedung 5 Lantai 1 Depok
JI. Margonda Raya 100 Pondok Cina-Depok.
Dengan
Acara : Penyusunan Rencana
Kegiatan Akademis. Apabila uraian di atas tidak disusun dengan formula seperti tersebut
diatas, tanda titik dua tidak perlu dipergunakan.
Contoh : Organisasi itu
diketuai oleh Meiliani,
dengan sekretaris,
Lies Handrijaningsih, dan
bendahara Sri Kumiasih Agustin. Rapat
itu diselenggarakan pada tanggal
25 Juli 2005,
pukul 10.30 diruang sidang Gedung 5 Lantai 1 Depok.
·
Tanda
titik dua juga digunakan untuk membatasi judul karangan dengan subjudulnya, di
antara surat dan ayat dalam kitab suci, diantara tahun dan halaman dalam
rujukan kurung antara nama kota dan nama penerbit dalam daftar pustaka.
Contoh
: Ekonomi dan Koperasi : Suatu Pengantar Singkat (Ramlan, 1982 :12)
e.
Tanda Petik (“_”)
·
Yang
ditulis dengan tanda petik dalam tulisan atau ketikan biasanya dicetak dengan
huruf miring.
·
Penggunaan
tanda petik dalam petikan langsung tidak dicetak dengan huruf miring, melainkan
tetap dicetak dengan suatu majalah pun tanda petik itu tetap digunakan.
·
Dalam
karangan tercetak tanda petik juga digunakan untuk menandai kata-kata yang
tidak digunakan dalam arti yang sebenamya. Misalnya : Itu dia
"pahlawan" kita datang.
f.
Tanda Hubung (-)
·
Tanda
hubung digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang diulang seperti meja-meja,
berjalan-jalan, buah-buahan.
·
Tanda
hubung digunakan apabila huruf-huruf dirangkaikan dengan bilangan, huruf kecil,
atau huruf kecil yang dirangkaikan dengan huruf kapital.
Contoh
:
Ø
Abad
ke-20
Ø
Tuhan
selalu melindungi hamba-nya Ijazah SMA-nyahilang.
·
Tanda
hubung juga digunakan untuk membatasi tanggal, bulan, dan tahun apabila
semuanya ditulis dengan angka.
Contoh
: Jakarta, 27-11-2005
·
Tanda
hubung juga digunakan untuk menghubungkan awalan atau akhiran dalam bahasa
Indonesia yang dirangkaikan dengan kata dasar asing.
Contoh
: Di-smash, pen-tackle-an
·
Tanda
hubung juga digunakan untuk menandai hubungan kata-kata dalam kelompok kata
agar tidak menimbulkan tafsiran yang tidak dikehendaki.
Contoh
: Istri pejabat yang nakal itu.
Untuk
menjelaskan bahwa yang nakal itu adalah istri pejabat maka antara istri dan
pejabat perlu diberi tanda hubung . Kalau yang nakal itu pejabat maka yang
diberi tanda hubung antara yang nakal dan pejabat. (istri-pejabat yangnakal
itu. Istri pejabat-yangnakal itu).
5.
Tanda-Tanda Baca yang Lain
·
Tanda
tanda baca yang lain ialah tanda pisah (-), tanda elipsis (...), tanda tanya
(?), tanda seru (!), tanda kurung (), tanda kurung siku ([ ]), tanda garis
miring (!) dan tanda penyingkat/apostrof
(').
Contoh
:
Ø
Kemerdekaan bangsa itu- saya yakin akan
tercapai-diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Ø
Rangkaian temuan
ini evolusi, teori
kenisbian, dan kini
juga pembelahan atomtelah mengubah
konsepsi kita tentang
alam semesta
·
Tanda
pisah juga digunakan dalam arti "sampai dengan".
Contoh
:
Ø
1989-2002
Ø
Tanggal
22- Mei 2002
Ø
Pukul
09.30 - 11.00
Ø
Semarang
- Jakarta
·
Tanda
elips ( ...) digunakan untuk menandai tuturan yang terputus-putus.
Contoh
: Kalau engkau tidak mau ....yah ..., biarlah saya pulang saja.
·
Tanda
elips yang digunakan dalam suatu kutipan menunjukan bahwa ada kata-kata yang
tidak dikutip dalam kutipan tersebut.
Contoh
: "Morfem ialah ....bentuk bebas yang terkecil"
·
Tanda
tanya digunakan untuk menandai kalimat tanya dan diletakan di akhir kalimat.
Contoh
: Di mana rumahmu?
·
Tanda tanya
yang ditaruh di
antara tanda kurung
digunakan untuk menyatakan
keragu-raguan atau kesangsian.
Contoh
:
Ø
Ia
dilahirkan pada tahun 1896 (?)
Ø
Uangnya
sebanyak sepuluhjuta rupiah(?) telah hilang
·
Tanda
seru digunakan untuk menandai seruan/perintah/panggilan
·
Tanda
kurung juga digunakan untuk mengapit penjelasan atau keterangan
Contoh
: Bagian perencanaan sudah selesai
merencanakan DIK (Daftar Isi Kerja) kantor
ini.
·
Tanda
kurung juga untuk mengapit keterangan
atau penjelasan yang bukan merupakan bagian yang pokok dari pembicaraan.
Contoh
: Keterangan ini)lihat tabel 10) menunjukan arus perkembangan baru dalam
pemasaran dalam negeri.
·
Tanda
kurung juga dipergunakan untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci
keterangan.
Contoh
: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja dan (c)modal.
·
Tanda
kurung siku digunakan sebagai tanda koreksi bahwa dalam naskah itu terdapat
huruf, kata, atau kelompok kata yang ditulis di antara tanda kurung siku tersebut.
Contoh
: Si Bintang Men[d]engar bunyi gemerisik.
·
Tanda
kurung siku di gunakan juga untuk memberi tanda kurung di dalam bagian kalimat
yang sudah menggunakan tanda kurung.
Contoh : Persamaan kedua
proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab 11 [lihat
halaman
25-38] tidak dibicarakan ) perlu di bentangkan di sini.
·
Tanda
garis miring digunakan dalam penomoran surat.
Contoh
: NO:7/TP09/k/91
·
Dalam
alamat untuk membatasi antara gang dengan nomor.
Contoh
: Jl. Erlangga 7I19
·
Untuk
menunjukkan tahun anggaran atau tahun kuliah.
Contoh
: 2003/2004
·
Garis
miring berarti juga tiap-tiap atau per.
Contoh
: Rp2500/orang
·
Tanda
penyingkat atau apostrof (') digunakan
untuk menunjukan adanya bagian - bagian yang dilesapkan.
Contoh
:
Ø
Rumah
yang megah 'kan ku dirikan (kan=akan)
Ø
Pagi
'lah tiba ( 'lah=telah)
Ø
Maret'05
('05=2005)