Wednesday, 22 October 2014

Pembentukan Lebih Lanjut



Nama  : Meidiana Dwi Andyni
NPM   : 55413407
Kelas   :2IA14

Pembentukan Lebih Lanjut

Pembentukan lebih lanjut ialah pembentukan kata turunan melalui proses morfologi bahasa Indonesia dengan kata-kata serapan sebagai bentuk dasamya. Proses pembentukan itu ada tiga macam, yaitu pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan. Pembicaraan mengenai pembentukan lebih lanjut sebenamya sudah dimulai ketika dibicarakan konfiks peng-an dan ke-an dengan unsur serapan sebagai kata dasamya.

       Dalam kaitannya dengan penambahan awalan meng-, peng- dan peng-an perlu diamati apakah kata dasar yang berupa kata serapan itu diperlakukan sama atau berbeda dengan kata-kata yang lebih asli.


Kata-kata yang bisa dileburkan
Kata-kata  yang diawali  oleh konsonan  hambatan  tak bersuara  /p/,/t/,/k/,  dan geseran  apiko-alveolar   Isl jika mendapat awalan meng- atau peng- fonem tersebut hilang atau luluh,
contohnya: pukul menjadi memukul dan pemukul, tolong menjadi menolong danpenolong, karang menjadi mengarang dan pengarang, susun menjadi menyusun dan penyusun.
Contoh : Deny pandai mengarang cerita pendek

Kata-kata serapan yang diawali dengan konsonan hambatan bilabial tak
bersuara lpl contohnya:paket, parker, potret, piket. Jika mendapat awalan meng- dan peng- atau peng-an, kata-kata tersebut menjadi memaketkan, memarkir; memotret, dan  memiketi; pemaketan,  pemarkiran, pemotretan,  pemiketan.  
 Contoh : Andyni sedang memotret binatang langka.

Kata-kata serapan yang diawali dengan konsonan hambatan apiko dental tak bersuara /ti contohnya: target, teror; terjemah,  telpon. Apabila dibentuk dengan awalan meng- menjadi menargetkan atau mentargetkan; meneror atau menteror; menerjemahkan, dan menelpon. Jika dibentuk denganpeng-an menjadi;penargetan atau pentargetan, peneroran  atau penteroran,  penerjemahan dan penelponan.
Contoh : penteroran penjahat sudah ditamgkap polisi.

Konsonan   geseran  labio-dental   tak  bersuara   /f/ dulu  disesuaikan   dengan system  fonologi  bahasa  Indonesia  menjadi  /p/.  Yang sudah  disesuaikan  menjadi  /p/ mengalami   penghilangan   atau  luluh,  sedang  apabila  tetap  /f/ mendapat   sengauan yang  homorgan,  yaitu  /ml.  Contohnya:   pikir  menjadi  memikirkan   dan pemikiran; fitnah  menjadi memfitnah  danpemfitnahan.
 Contoh : Udin sedang bingung memikirkan tugasnya yang belum selesai.

Konsonan  hambatan  dorso-velar  tak bersuara  /kl yang mengalami  kata-kata katrol, kontak, konsep, dan keker luluh apabila mendapat  awalan meng- atau konfiks peng-an     seperti   terlihat    pada:   mengatrol    dan   pengatrolan,    mengontak    dan pengontakan,   mengonsep  dan pengonsepan,   mengeker dan pengekeran.
Contoh :Adit sedang mengeker buruan binatang macan.
   Kata  dasar  serapan  yang  diawali  oleh  gugus  konsonan   /pr/  seperti  pada prates, program, produksi,  dan praktik, jika  mendapat  awalan  meng- Ip/ tidak luluh menjadi:   memprotes,   memprogram,   memproduksi,    dan   mempraktikkan.    Tetapi apabila mendapat konfiks peng-an /p/-nya  luluh  menjadi:  pemrotesan, pemrograman,  pemroduksian,   dan pemraktikan.
Contoh : Lulusan SMKN 2 Bogor memiliki skill pemrograman yang sangat bagus.

Kata-kata   serapan  yang  diawali  dengan   fonem  geseran  apiko-dental   tak bersuara   Isl  ada  yang  mengalami   peluluhan   ada  yang  tidak.  Kata-kata   tersebut contohnya:  sample,  setor; sekrup,  setop.  Jika mendapat  awalan  meng-  dan peng-an kata-kata  tersebut menjadi  menyampel dan penyampelan,   menyetor dan penyetoran, menyekrup  dan penyekrupan,  menyetop  dan penyetopan.
Contoh : Rio menyetop bus di halte bus.

Bagaimana  dengan  kata serapan  yang diawali  gugus konsonan  /tr/,  /kr/,  dan/st/?katakata  serapan  yang  diawali  dengan  gugus  /kr/  contohnya:   kritik,  kristal, kredit, kreatifkonsonan /k/nya  tidak hilang bila mendapat  awalan  mengmenjadi: mengkritik, mengkristal, mengkristal dan  Tetapi  /kl  itu  lebur  apabila  mendapat awalan  peng- atau peng-an menjadi:  pengritikan dan pengritik,  pengristalan dan pengreditan dan pengredit.
              Contoh : Dahlan adalah pengritik ekonomi negara yang sangat ahli.


Kata-kata yang tidak bisa dileburkan

Seperti  halnya  pada  unsur  serapan  yang  lain,  kata-kata  yang  masih  terasa asing   mendapat   perlakuan   yang  berbeda,   contohnya   pada   kata  "sinkrun"    dan "sistematis", jika mendapat  awalan meng- dan peng-an  menjadi  mensinkrunkan   dan pensinkrunan,  mensistematiskan dan pensistematisan.
Contoh : Mentri BUMN sedang mensistematiskan keadaan apbn negara yang sedang mengalami defisit.


Kata-kata  serapan  yang  diawali  dengan  gugus  konsonan  /tr/,  /st/,  /ski, /sp/, /pl/, /kl/, konsonan yang awalnya tidak mengalami  peleburan. contohnya: mentraktir, pentraktir,  menstabilkan, penstabil,  penstabilan; menskalakan, penskala, penskalaan; mensponsori, pensponsor, pensponsoran; memplester, pemplester,pemplesteran; mengkliping, pengkliping, pengklipingan.

Kata-kata  serapan tidak dapat mengalami  perulangan  sebagian yang berupa dwipurwa  atau dwiwasana. Pada pengulangan   dengan  awalan  konsonan  awal pada suku ulangannya  juga  tidak luluh, contohnya:  mempraktis-praktisan, mengkritik-kritik, menstabil-stabilkan.

Wednesday, 15 October 2014

UCAPAN DAN EJAAN

MEIDIANA DWI ANDYNI
55413407

Ucapan

Ucapan adalah cara seseorang berbicara dengan orang disekitarnya, agar bisa saling berkomunikasi dan dari ucapan kita bisa tahu Karakter seseorang, Asal Daerah seseorang, gaya berbicara, sikap seseorang dan banyak lagi yang bisa kita ketahui dari Ucapan

A.      Ejaan
Pengantar
·         Ejaan penting sekali artinya dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia produktif tulis.
·         Dalam surat-surat pribadi dan kalimat catatan harian misalnya, ketaatan dalam EYD tidak mutlak.
·         Dalam karangan ilmiah, dalam makalah, dan dalam surat-surat perjanjian, kaidah ejaan harus betul-betul ditaati.
1.       Penulisan Huruf
a.       Penulisan Huruf Kapital
v  Huruf capital digunakan untuk mengawali kalimat yang baru
v  Huruf capital digunakan sebagai huruf awal pada nama diri.
v  Ucapan langsung juga diawali dengan huruf capital.
v  Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab suci.
v  Untuk Tuhan kata  gantinya ditulis dengan huruf capital.
v  Nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau keagamaan, juga ditulis dengan huruf capital.
v  Nama jabatan juga ditulis diawal dengan huruf capital apabila dikaitkan dengan nama instansi atau nama daerah sebagai pengganti nama diri.
v  Nama diri atau nama lembaga yang terdiri atas beberapa kata, kata-kata tersebut diawali dengan huruf capital apabila kata tersebut berupa kata tegas.
1.      Nama Jabatan yang dikaitkan dengan nama istansi atau nama daerah sebagai pengganti nama diri

Contoh :
a.       Walikota Bandung
b.      Kepala Sekolah SMAN 1 JAKARTA

2.      Nama, gelar kehormatan, keturunan

Contoh :
a.       Deny Pratama
b.      Ir. Pratama
c.       Pangeran Deny pratama

3.      Nama Tahun, Bulan, Hari Raya dan pristiwa sejarah

Contoh :
a.       Bulan Oktober, Hari Raya Idul Adha
b.      Proklamasi Kemerdekaan

Kata “anda” pada sebelumnya yaitu menggunakan huruf kecil tetapi pada tahun 1988 hinga saat ini kata “anda” menggunakan huruf kapital dan kata "anda" bukan lah kata sapaan melaikan benar-benar kata ganti, seperti engkau. Kata presiden, gubernur, universitas, atau fakultas misalnya, dalam pengertian umum ditulis menggunakan huruf kecil.
Contoh :
a.       Presiden SOEKARNO menjadi Presiden pertama di Indonesia
b.      Kota Jakarta dikepalai oleh seorang Gubernur
Dalam Pengertian khusus, ditulis menggunakan huruf besar.
Contoh :
a.       Gubernur kita Ahok akan dilantik pada bulan ini
b.      Walikota Bandung akan mengadakan kunjungan ke Solo
Nama diri yang kemudian menjadi nama jenis, tidak perlu ditulis dengan huruf capital
Contoh :
a.       Ayah pergi ke bengkel
b.      Adik saya mambeli sepeda
Nama diri yang biasanya menggunakan huruf kapital, ditulis menggunakan huruf kecil apabila diapit dengan awalan atau akhiran
Contoh :
a.       Orang kejawa-jawaan
b.      Orang inggris itu lucu sekali bila menggunakan bahasa kejakarta-jakartaan






b.      Huruf Tebal dan Huruf Miring
·         Judul buku atau nama majalah harus ditulis dengan huruf tebal. Apabila ditulis dengan tangan kata-kata yang merupakan judul buku ini harus diberi garis bawah.
Contoh :
Ø  Tata Bahasa Baku Indonesia
Ø  Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Ø  Pengajaran Bahasa dan Sastra
Ø  Pembinaan Bahasa Indonesia
Ø  Hukum dan Keadilan
Nama lembaga, judul buku, atau nama majalah, harus ditandai huruf tebal. Apabila ditulis dengan tangan harus diberi garis bawah.
Contoh :
Ø  Gunung Tangkuban Perahu

·         Judul naskah yang belum diterbitkan sebagai buku seperti naskah skripsi, tesis, atau disertai cukup ditulis dalam tanda petik (“______”).
Contoh :
Ø  “Ejaan yang Benar dalam bahasa Indonesia”.
Ø  “Frase Nomina dalam bahasa Indonesia”.
Ø  “ Pengenalan Bahasa Java Pada Programmer”
Ø  “Molekul Atom”
Judul-judul tersebut kalau dicetak ditulis dengan huruf miring.
Contoh :
Ø  “Ejaan yang Benar dalam bahasa Indonesia”.
Ø  “Frase Nomina dalam bahasa Indonesia”.
Ø  Pengenalan Bahasa Java Pada Programmer
Ø  Molekul Atom

·         Judul karangan yang dimuat dalam majalah atau dalam buku kumpulan karangan, atau judul satu bab dari suatu buku yang harus ditulis dengan huruf miring, kalau diketik atau ditulis tangan di antara tanda petik.
Contoh :
Ø  Karangan Djoko Kencono yang berjudul "Penyempumaan Ejaan Bahasa Indonesia" dimuat dalam buku Bahasa dan Kesustraan Indonesia sebagai Cermin 1\1anusia Indonesia Baru.
·         Huruf miring juga dipergunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan kata, bagian kata atau kelompok kata.
Contoh :
Ø  Huruf pertama kata abad adalah a.
Ø  Dia  bukan  menipu  tetapi  ditipu  ("me-"  dan  "di-" ditulis miring).
Ø  Yang saya maksudkan prestasi bukan prestise.
Ø  Buatlah kalimat-kalimat dengan kata berlepas tangan.
·         Huruf miring juga  digunakan untuk menuliskan  nama ilmiah atau ungkapan asing yang belum disesuaikan ejaannya.
Contoh :
Ø  Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mongostana.
Politik devide et impera pemah merajalela di negeri ini
2.       Penulisan Partikel dan Awalan
·         Perlu diperhatikan penulisan kata atau partikel yang dirangkaikan dan yang tidak dirangkaikan.
·         Ada kata atau awalan yang harus ditulis serangkai, yaitu adi- misalnya pada adidaya, adikuasa, adimarga, adibusana.
·         Awalan awa- pada awabau, awaair, awawarna, awasuara. Awalan awa- ini digunakan untuk mengindonesiakan awalan de- pada kata-kata pinjaman dari bahasa lnggris dan belanda seperti deodorant, dehidrasi, devoice yang artinya 'penghilangan' atau 'alat' untuk menghilangkan'. Juga mala- seperti pada malabentuk, malapraktik, malagizi.
·         Kata  antara   ditulis  terpisah,  tetapi  antar-  ditulis  serangkai.  Contoh : antarkota, antarpulau, antarnegara, antarbangsa.
·         Kata maha apabila dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai. Contoh : mahasiswa, mahaguru, Mahakuasa, Mahaadil. Tetapi apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak dirangkaikan. Contoh : Maha Pemurah, Maha Mengetahui, Maha Pengampun. Yang dikecualikan dari ketentuan di atas ialah kata Maha esa yang meskipun kata maha itu dirangkai dengan kata dasar, tetapi harus dipisah Ejaan yang betul menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ialah Tuhan Yang MahaEsa.
·         Bentuk-bentuk lain yang dirangkai ialah awalan pra-, pasca-, pramu-, purna-, tuna-. Contoh : prasejarah, pascasarjana, pascapanen, pramuwisata, pramuria, purnawaktu, purnawirawan, swadaya, swalayan, swasembada, tunakarya, tunasusila, tunarungu.
·         Kata-kata seperti anti-, non-, sub-, poli-. Ultra-, supra-. Juga ditulis serangkai dengan kata mengikuti, seperti antikomunis, nongelar, subunit, politeknik, ultramodern, supranatural.
·         Gabungan dua kata yang diapit oleh awalan   dan   akhiran  juga               ditulis  serangkai.  Contoh:  pertanggungjawaban, ketidakhadiran, dan menandatangani.
·         Kata-kata yang harus ditulis serangkai ialah : padahal, daripada, barangkali, sekaligus, apabila, bilamana,jikalau, andaikata, manakala.

3.       Penulisan Bilangan
·         Bilangan ada yang harus ditulis dengan angka, ada yang harus ditulis dengan huruf.
·         Bilangan yang menunjukan tahun, jam, tanggal, nomor rumah, harus ditulis dengan angka. Begitu juga bilangan yang digunakan untuk memberi nomor bab, subbab, atau bagian-bagian dari subbab.
·         Bilangan  yang  menunjukkan  jumlah  dari  satu  sampai  sembilan  ditulis dengan huruf, jumlah seperti “dua juta rupiah” dapat juga ditulis dengan huruf, kecuali di dalam tabel atau grafik.
·         Dalam tabel atau grafik jumlah satu sampai sembilan pun ditulis dengan angka.
·         Jumlah  seperti uang, luas tanah, berat suatu benda, jarak antara suatu tempat dengan tempat lain, singkatnya jumlah yang menyatakan ukuran dengan timbangan, selalu ditulis dengan angka, atau kadang ditulis dengan angka tetapi juga disertai dengan huruf yang ditaruh di antara tanda kurung.
·         Dalam penulisan jumlah, ukuran dan timbangan itu di gunakan juga tanda titik dan koma. Singkatan-singkatan seperti Rp (rupiah), kg (kilogram), m (meter), It (liter) tidak perlu ditulis dengan tanda titik.
·         Tanda titik digunakan pada jumlah satuan ribuan. Contoh : 1.000.000. untuk bilangan yang menyatakan rupiah digunakan tanda koma di belakang satuan rupiah yang diikuti oleh nol untuk satuan ketip dan sen. Jadi jumlah yang satujuta limaratus riburupiah ditulis Rp 1.500.000,00.
·         Untuk menyatakan jam, misalnya pukul setengah tiga, tanda titik itu ditaruh antara jam dan menit.
·         Untuk jumlah waktu yang terdiri atas jam, menit, dan detik digunakan dua titik. Misalnya : dua jam lima belas  menit sepuluh detik ditulis 2.15.10.
·         Bilangan tingkat dapat dinyatakan dengan huruf, dengan angka, dan dengan huruf dan angka. Jadi ketiga dapat ditulis ketiga atau ke-3 atau III, abad kedua puluh, abad ke-20 abad XX. Jadi awalan ke hanya digunakan apabila dihubungkan dengan angka Arab. Angka Romawi tanpa awalanke- sudah menyatakan tingkat.
·         Dalam kuitansi atau surat-surat yg mempunyai kekuatan hokum jumlah yang ditulis dengan angka masih disertai jumlah yang ditulis dengan huruf yang ditulis di antara tanda kurung.

4.       Tanda Baca
a.       Tanda Titik (.)
·         Tanda titik dipakai untuk menandai berakhirnya kalimat.
·         Tanda titik digunakan sesudah nomor bab atau subbab atau bagian dari subbab. Penomoran bab atau subbab yang menggunakan sistem persepuluh pada angka terakhir tidak disertai titik untuk menghemat tempat.
·         Singkatannya yang terdiri dari huruf-huruf kapital, seperti SMP, SMA, ABRI tidak menggunakan titik.
·         Singkatan dengan huruf kapital yang merupakan gelar yang diletakkan di belakang nama tetap menggunakan titik di belakang tanda koma tersebut. Contoh :   Dr. Dharma Tintri, Izzati Amperaningrum,  S.E. M.M singkatan yang menggunakan huruf kecil menggunakan titik. Misalnya :
Ø  atas nama a.n.
Ø  untukbeliau u.b.
Ø  dan sebagainya dsb.
·         Judul bab atau judul bagian subbab perlu menggunakan titik apabila judul itu langsung diikuti uraian yang dimulai dengan baris yang sama dengan judul subbab atau judul bagian subbab tersebut.
·         Alamat surat, baik alamat pengirim ataupun alamat yang dituju, tidak menggunakan titik karena alamat tersebut tidak merupakan kalimat.
·         Tanda titik tidak dipakai pada singkatan-singkatan yang berkenaan dengan ukuran atau timbangan, seperti Rp (rupiah), kg (kilogram), m (meter), 1t (liter) dan sebagainya.
·         Tanda titik digunakan dalam daftar pustaka yang rujukanya menggunakan sistem rujukan tahun dan halaman. Karangan yang menggunakan rujukan pengarang atau penyunting, antara judul buku dan kota penerbit. Contoh : Alisyahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata Bahasa Baru Indonesia. Jakarta : Pustaka Rakyat.

b.      Tanda Koma (,)
·         Koma digunakan untuk menandai adanya jeda atau kesenyapan antara dalam suatu kalimat.
·         Tanda koma sering digunakan setelah seruan, seperti : ah, wah, aduh, ya, hai, dan sebagainya. Juga sesudah kata-kata seperti meskipun begitu, jadi, namun demikian, oleh karena itu, maka dari itu.
·         Tanda koma juga digunakan dalam kalimat majemuk yang anak kalimatnya mendahului induk kalimatnya.
·         Tanda koma digunakan juga untuk memisahkan dua kalimat yang setara yang dihubungkan dengan kata tetapi, atau, melainkan.
·         Tanda  koma  juga   digunakan  untuk  membatasi  unsur-unsur   dalam  suatu perincian.
·         Yang harus diperhatikan ialah sebelum dan masih digunakan tanda koma.
·         Tanda koma juga digunakan dalam rujukan kurung atau dalam rujukan tahun dan halaman, untuk membatasi nama akhir pengarang dengan tahun penerbit.
·         Tanda koma juga digunakan untuk membatasi kata-kata dalam kalimat petikan langsung.
·         Tanda koma sering digunakan untuk mengapit atau menyisipkan keterangan tambahan.
·         Tanda koma juga dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, dan di antara nama tempat dan wilayah suatu negara yang ditulis secara beruntun.
·         Koma juga digunakan untuk membatasi nama dan gelar yang terletak di belakang nama, jumlah rupiah, ketip dan sen, antara satuan dan persepuluh.

c.       Titik Koma (;)
·         Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh :
Ø  Semua  murid  diperlakukan  sama;  tidak  ada  murid  yang dianakemaskan.
·         Tanda titik koma juga digunakan untuk membatasi bagian-bagian kalimat yang sudah mengandung koma.
Contoh :
Ø  Di toko swalayan itu Amin membeli kemeja, sepatu, sapu tangan, dan kaos kaki; Ali membeli ikat pinggang, topi, dasi dan kaca mata; sedang Amat membeli buku tulis, pulpen, penggaris, dan minyak rambut.
·         Tanda titik koma digunakan juga untuk memisahkan kalimat-kalimat dalam suatu perincian.
Contoh :
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan teirma kasih yang sebesar- besamya kepada:
1)      Bapak Dr., Aries Budi Setyawan dan lbu Masodah, S.E. M.M sebagai pembimbing 1 dan pembimbing 2, yang dengan penuh kesabaran telah memberikan petunjuk dan nasihat-nasihatnya;
2)      Ibu Izzati Amperaningrum, S.E. M.M , dosen wali penulis yang telah banyak memberikan bimbingan selama penulis belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma;
3)      Ir. Arjuna, pacar penulis yang dengan setia mendampingi penulis menyelesaikan skripsi ini.
Dalam surat- surat keputusan tanda titik koma banyak digunakan untuk membatasi kalimat- kalimat yang merupakan bagian dari konsideransi dan bagian dari isi putusan itu sendiri.
Contoh :
Mengingat bahwa                           1………………..;
                                                                                        2………………..;
                                                                                        3………………..;
Membimbing                                                1………………..;
                                                                                        2………………..;
                                                                                        3………………..;
Memutuskan                                                 1………………..;
                                                                                        2………………..;
                                                                                        3………………..;

d.      Titik Dua (:)
·         Tanda titik dua dipakai akhir suatu pemyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau perincian.
Contoh : Fakultas  Ekonomi  Universitas  Gunadarma  mempunyai  dua jurusan Jurusan Akuntansi dan Jurusan Manajemen.
·         Titik dua juga digunakan pada kata-kata misalnya, contohnya, dan sebagai berikut yang diikuti perinciaan.
·         Tanda titik dua juga  digunakan untuk pemerian yang berbentuk  formula, misalnya pemerian suatu organisasi sebagai berikut :
Ketua                            : Meilani
Sekretaris                    : Lies Handrijaningsih
Bendahara                  : Sri KumiasihAgustin

Juga dalam surat- surat undangan yang menyebutkan hari/tanggal, pukul, tempat, dan cara dalam bentuk  formula berikut :

Dengan Hormat,
Kami  mengharapkan   kehadiran   Bapak/Ibu/Saudara   dalam  suatu  rapat pengurus
Yang akan kita selenggarakan pada :
Hari/tanggal               : Senin, 25 Juli 2005
Pukul                             : 10.30
Tempat                        : Di Gedung 5 Lantai 1 Depok
                 JI. Margonda Raya 100 Pondok Cina-Depok.
Dengan Acara            : Penyusunan Rencana Kegiatan Akademis. Apabila uraian di atas   tidak disusun dengan formula seperti tersebut diatas, tanda titik dua tidak perlu dipergunakan.
Contoh                         : Organisasi   itu   diketuai   oleh  Meiliani,   dengan   sekretaris,
Lies Handrijaningsih, dan bendahara Sri Kumiasih Agustin. Rapat   itu   diselenggarakan pada   tanggal   25  Juli  2005,   pukul 10.30 diruang sidang Gedung 5 Lantai 1 Depok.
·         Tanda titik dua juga digunakan untuk membatasi judul karangan dengan subjudulnya, di antara surat dan ayat dalam kitab suci, diantara tahun dan halaman dalam rujukan kurung antara nama kota dan nama penerbit dalam daftar pustaka.
Contoh : Ekonomi dan Koperasi : Suatu Pengantar Singkat (Ramlan, 1982 :12)

e.      Tanda Petik (“_”)
·         Yang ditulis dengan tanda petik dalam tulisan atau ketikan biasanya dicetak dengan huruf miring.
·         Penggunaan tanda petik dalam petikan langsung tidak dicetak dengan huruf miring, melainkan tetap dicetak dengan suatu majalah pun tanda petik itu tetap digunakan.
·         Dalam karangan tercetak tanda petik juga digunakan untuk menandai kata-kata yang tidak digunakan dalam arti yang sebenamya. Misalnya : Itu dia "pahlawan" kita datang.

f.        Tanda Hubung (-)
·         Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang diulang seperti meja-meja, berjalan-jalan, buah-buahan.
·         Tanda hubung digunakan apabila huruf-huruf dirangkaikan dengan bilangan, huruf kecil, atau huruf kecil yang dirangkaikan dengan huruf kapital.
Contoh : 
Ø  Abad ke-20
Ø  Tuhan selalu melindungi hamba-nya Ijazah SMA-nyahilang.
·         Tanda hubung juga digunakan untuk membatasi tanggal, bulan, dan tahun apabila semuanya ditulis dengan angka.
Contoh : Jakarta, 27-11-2005
·         Tanda hubung juga digunakan untuk menghubungkan awalan atau akhiran dalam bahasa Indonesia yang dirangkaikan dengan kata dasar asing.
Contoh : Di-smash, pen-tackle-an
·         Tanda hubung juga digunakan untuk menandai hubungan kata-kata dalam kelompok kata agar tidak menimbulkan tafsiran yang tidak dikehendaki.
Contoh : Istri pejabat yang nakal itu.
Untuk menjelaskan bahwa yang nakal itu adalah istri pejabat maka antara istri dan pejabat perlu diberi tanda hubung . Kalau yang nakal itu pejabat maka yang diberi tanda hubung antara yang nakal dan pejabat. (istri-pejabat yangnakal itu. Istri pejabat-yangnakal itu).

5.       Tanda-Tanda Baca yang Lain
·         Tanda tanda baca yang lain ialah tanda pisah (-), tanda elipsis (...), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung (), tanda kurung siku ([ ]), tanda garis miring (!) dan tanda penyingkat/apostrof  (').
Contoh :
Ø  Kemerdekaan  bangsa itu- saya yakin akan tercapai-diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Ø  Rangkaian  temuan   ini  evolusi,  teori  kenisbian,  dan  kini  juga pembelahan   atomtelah  mengubah  konsepsi  kita  tentang  alam semesta
·         Tanda pisah juga digunakan dalam arti "sampai dengan".
Contoh :
Ø  1989-2002
Ø  Tanggal 22- Mei 2002
Ø  Pukul 09.30 - 11.00
Ø  Semarang - Jakarta
·         Tanda elips ( ...) digunakan untuk menandai tuturan yang terputus-putus.
Contoh : Kalau engkau tidak mau ....yah ..., biarlah saya pulang saja.
·         Tanda elips yang digunakan dalam suatu kutipan menunjukan bahwa ada kata-kata yang tidak dikutip dalam kutipan tersebut.
Contoh : "Morfem ialah ....bentuk bebas yang terkecil"
·         Tanda tanya digunakan untuk menandai kalimat tanya dan diletakan di akhir kalimat.
Contoh :   Di mana rumahmu?
·         Tanda  tanya  yang  ditaruh  di  antara  tanda  kurung  digunakan  untuk menyatakan keragu-raguan atau kesangsian.
Contoh :
Ø  Ia dilahirkan pada tahun 1896 (?)
Ø  Uangnya sebanyak sepuluhjuta rupiah(?) telah hilang
·         Tanda seru digunakan untuk menandai seruan/perintah/panggilan
·         Tanda kurung juga digunakan untuk mengapit penjelasan atau keterangan
Contoh : Bagian perencanaan  sudah selesai merencanakan DIK (Daftar Isi Kerja) kantor
                   ini.
·         Tanda kurung juga untuk  mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian yang pokok dari pembicaraan.
Contoh : Keterangan ini)lihat tabel 10) menunjukan arus perkembangan baru dalam
pemasaran dalam negeri.
·         Tanda kurung juga dipergunakan untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci keterangan.
Contoh : Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja dan (c)modal.
·         Tanda kurung siku digunakan sebagai tanda koreksi bahwa dalam naskah itu terdapat huruf, kata, atau kelompok kata yang ditulis di antara tanda kurung siku tersebut.
Contoh : Si Bintang Men[d]engar bunyi gemerisik.
·         Tanda kurung siku di gunakan juga untuk memberi tanda kurung di dalam bagian kalimat yang sudah menggunakan tanda kurung.
Contoh : Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab 11 [lihat
                   halaman 25-38] tidak dibicarakan ) perlu di bentangkan di sini.
·         Tanda garis miring digunakan dalam penomoran surat.
Contoh : NO:7/TP09/k/91
·         Dalam alamat untuk membatasi antara gang dengan nomor.
Contoh : Jl. Erlangga 7I19
·         Untuk menunjukkan tahun anggaran atau tahun kuliah.
Contoh : 2003/2004
·         Garis miring berarti juga tiap-tiap atau per.
Contoh : Rp2500/orang
·         Tanda penyingkat  atau apostrof (') digunakan untuk menunjukan adanya bagian - bagian yang dilesapkan.
Contoh :
Ø  Rumah yang megah 'kan ku dirikan (kan=akan)
Ø  Pagi 'lah tiba ( 'lah=telah)
Ø  Maret'05 ('05=2005)