ilmu pengetahuan,
teknologi dan kemiskinan tidak mustahil kita akan melihat ke masa lampau atau
masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Yang mungkin permasalahannya
adalah kontinuitas dan perubahan, harmoni dan disharmoni.
Bahasa “ilmu pengetahuan”
sudah lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Terdiri dari dua kata yaitu
“ilmu” dan “pengetahuan”. Namun, berbicara tentang pengetahuan saja akan menghadapi
berbagai masalah, seperti kemampuan kita dalam memahami fakta pengalaman dan
dunia realitas, hakihat pengetahuan, kebenaran, kebaikan, membentuk
pengetahuan, sumber pengetahuan dan sebagainya.
Teknologi dalam
penerapannya sebagai jalur utama yang dapat menyonsong masa depan, sudah diberi
kepercayaan yang mendalam. Dia dapat mempermudah kegiatan manusia, meskipun
mempunyai dampak sosial yang muncul sering lebih penting artinya daripada
kehebatan teknologi itu.
Kemiskinan sendiri
merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai perjuangan yang akan
memperoleh kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamental dari cita-cita
masyarakat adil dan makmur. Berbicara tentang kemiskinan akan menghadapkan kita
pada persoalan lain, seperti persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok, posisi
manusia dalam lingkungan sosial dan persoalan yang lebih jauh, bagaimana ilmu
pengetahuan (ekonomi) dan teknologi memanfaatkan sumber daya alam untuk
mengurangi kemiskinan di tengah masyarakat.
A.TEKNOLOGI
A.TEKNOLOGI
Menurut Walter Buckingham
yang dimaksud dengan teknologi adalah ilmu pengetahuan yang
diterapkan ke dalam seni industri, oleh karenanya mencakup alat-alat yang
memungkinkan terlaksananya efisiensi kerja menurut keragaman kemampuan.
Atau menurut pengertian
lain, teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan
cara mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala
nilai yang ada. Kalau ilmu dasar bertujuan untuk mengetahui lebih banyak dan
memahami lebih mendalam tentang alam semesta dengan isinya, teknologi bertujuan
untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi semua kesulitan
yang mungkin dihadapi manusia. Hubungan ilmu pengetahuan dengan teknologi
sering diungkapkan sebagai berikut :
Ilmu tanpa teknologi
adalah steril dan teknologi tanpa ilmu adalah statis (Ilmu
tanpa teknologi tidak berkembang dan teknologi tanpa ilmu tidak berakar.
Yang dimaksud dengan
teknologi tepat guna adalah suatu teknologi yang telah memenuhi tiga syarat
utama yaitu :
a. Persyaratan Teknis,
yang termasuk di dalamnya adalah :
·
memperhatikan kelestarian tata lingkungan
hidup, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku dan sumber energi
setempat dan sesedikit mungkin menggunakan bahan impor.
·
jumlah produksi harus cukup dan mutu
produksi harus diterima oleh pasar yang ada.
·
menjamin agar hasil dapat diangkut ke
pasaran dan masih dapat dikembangkan, sehingga dapat dihindari kerusakan atas
mutu hasil.
·
memperlihatkan tersedianya peralatan serta
operasi dan perawatannya.
b. Persyaratan Sosial,
meliputi :
·
memanfaatkan keterampilan yang sudah ada
·
menjamin timbulnya perluasan lapangan kerja
yang dapat terus menerus berkembang
·
menekan seminimum mungkin pergeseran tenaga
kerja yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran.
·
membatasi sejauh mungkin timbulnya
ketegangan sosial dan budaya dengan mengatur agar peningkatan produksi
berlangsung dalam batas-batas tertentu sehingga terwujud keseimbangan sosial
dan budaya yang dinamis.
1.
Persyaratan Ekonomik, yaitu :
·
membatasi sedikit mungkin kebutuhan modal
·
mengarahkan pemakaian modal agar sesuai
dengan rencana pengembangan lokal, regional dan nasional
·
menjamin agar hasil dan keuntungan akan
kembali kepada produsen
·
dapat mengarahkan lebih banyak produsen ke
arah cara penghitungan ekonomis yang sehat.
Teknologi, selain
menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah
pelaksanaan kegiatan dalam hidup, juga memiliki berbagai dampak negatif jika
tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan teknologi
adalah kesempatan kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja makin
bertambah, masalah penyediaan bahan-bahan dasar sebagai sumber energi yang
berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi yang akan datang
B. KEMISKINAN
Kemiskinan pada dasarnya
merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam kehidupan masyarakat,
khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Kemiskinan yang dimaksud
adalah kemiskinan dalam bidang ekonomi. Dikatakan berada di bawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
paling pokok seperti pangan, pakaian dan tempat berteduh.Atau dengan pendapat
lain, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Kemiskinan bukanlah suatu
yang terwujud dengan sendiri terlepas dari aspek-aspek lainnya, tetapi
kemiskinan itu terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada
dalam kehidupan manusia. Terutama aspek sosial dan aspek ekonomi. Aspek sosial
adalah adanya ketidaksamaan sosial di antara sesama warga masyarakat yang
bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin, usia yang bersumber
dari corak sistem pelapisan yang ada dalam masyarakat. Sedangkan aspek ekonomi
adalah adanya ketidaksamaan di antara sesama warga masyarakat dalam hak dan
kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi.
Sementara itu klasifikasi
atau penggolongan seseorang atau masyarakat dikatakan miskin ditetapkan dengan
menggunakan tolak ukur utama, yaitu :
·
Tingkat
pendapatan. Misalkan saja di Indonesia, tingkat pendapatan digunakan
ukuran kerja waktu sebulan. Dengan adanya tolak ukur ini, maka jumlah dan siapa
yang tergolong dalam orang miskin dapat diketahui. Atau dengan menggunakan
batas minimal jumlah kalori yang dikonsumsi, yang diambil persamaannya dalam kg
beras.
·
Kebutuhan
relatif per keluarga. Dibuat berdasarkan atas kebutuhan minimal yang harus
dipenuhi dalam sebuah keluarga agar dapat melangsungkan kehidupannya secara
sederhana tetapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak.
Jika dikaitkan dengan
kemakmuran, maka ada dua persepsi masyarakat yang cukup berlawanan tentang hal
ini. Persepsi pertama adalah yang berpikir rasional dan eksak. Bahwa kemakmuran
seseorang diukur dengan jumlah serta nilai bahan-bahan dan barang-barang yang
dimiliki atau dikuasai untuk memelihara dan menikmati hidupnya. Semakin banyak
jumlah dan makin tinggi nilainya, maka akan makin tinggi taraf kemakmuran
hidupnya. Sedangkan persepsi kedua adalah pandangan masyarakat umum, terutama
pedesaan. Mereka beranggapan bahwa kemakmuran tidaklah berbeda dengan
kebahagiaan. Seseorang akan merasa makmur bila sudah ada keserasian antara
keinginan-keinginan dan keadaan materil atau sosial yang dimiliki atau
dikuasainya. Karenanya mereka selalu berusaha untuk menyeimbangkan antara
keinginan dan keadaan materinya. Jika keinginan mereka berlebih, sementara
keadaan materil mereka tidak mencukupi maka mereka harus mengurangi keinginan
yang ada. Begitu juga sebaliknya.
Kemiskinan menurut
pendapat umum dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1.
Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah
atau mental seseorang. Pada aspek badaniah, biasanya orang tersebut tidak bisa
berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmani. Sedangkan
aspek mental, biasanya mereka disifati oleh sifat malas bekerja dan berusaha
secara wajar, sebagaimana manusia lainnya.
2.
Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana
alam. Biasanya pihak pemerintah menempuh dua cara, yaitu memberi pertolongan
sementara dengan bantuan secukupnya dan mentransmigrasikan ke tempat hidup yang
lebih layak.
3.
Kemiskinan buatan atau kemiskinan
struktural. Selain disebabkan oleh keadaan pasrah pada kemiskinan dan
memandangnya sebagai nasib dan takdir Tuhan, juga karena struktur ekonomi,
sosial dan politik
Usaha memerangi
kemiskinan dapat dilakukan dengan cara memberikan pekerjaan yang memberikan
pendapatan yang layak kepada orang-orang miskin. Karena dengan cara ini bukan
hanya tingkat pendapatan yang dinaikkan, tetapi harga diri sebagai manusia dan
sebagai warga masyarakat dapat dinaikkan seperti warga lainnya. Dengan lapangan
kerja dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja dan merangsang
berbagai kegiatan-kegiatan di sektor ekonomi lainnya.
IPTEK BERKAITAN DENGAN KEMISKINAN
teknologi dalam
penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu dunia), yang
diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Padahal manusia
dalam pekerjaan ilmiahnya tidak hanya bekerja dengan akal budinya, melainkan
dengan seluruh eksistensinya. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu
membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita
tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga
dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi,
terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama. Ilmuwan selaku
ahli teknologi harus bersikap mempunyai tanggung jawab sosial, yakni tanggung
jawab terhadap masyarakat menyangkut asas moral mengenai penelitian etis
terhadap obyek penelaahankeilmuan dan penggunaan pengetahuan ilmiah (teknologi)
dengan segala akibat sosialnya.
Dalam hal kemiskinan
struktural, ternyata adalah buatan manusia terhadap manusia lainnya yang timbul
dari akibat dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi dan sosial buatan
manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan kemiskinan, karena
mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang fundamental. Sebab kemiskinan
diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini pola relasi antara
manusia dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan mekanisme pasar.
Kesemuanya merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem kemasyarakatan.
Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
http://jasmerah-historia.blogspot.com/2010/01/pengaruh-iptek-terhadap-kemiskina
CONTOH KASUS
CONTOH KASUS
indosiar.com, Jakarta - (Selasa : 03,09,2013) Dalam aksinya, ribuan buruh se-DKI Jakarta yang siang tadi menggeruduk kantor gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, di jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat ini, menuntut kenaikan upah minimum provinsi, (UMP) DKI Jakarta, menjadi Rp 3,7 juta per bulan. Mengusung berbagai spanduk dan poster, para buruh dari berbagai elemen ini, menggelar orasi bergantian.
Menurut para buruh, upah mereka saat ini sudah tidak lagi bisa mencukupi biaya hidup yang semakin besar, pasca kenaikan harga BBM. jika tidak dinaikkan, buruh akan terus hidup di bawah garis kemiskinan. Bila tuntutan mereka tidak dipenuhi, pengunjuk rasa mengancam akan menggelar aksi mogok massal, dan terus menggelar aksi, hingga tuntutan mereka dipenuhi.
Aksi ini sontak membuat lalu lintas di depan kantor gubernur DKI, dari dan menuju thamrin, macet total
Menurut para buruh, upah mereka saat ini sudah tidak lagi bisa mencukupi biaya hidup yang semakin besar, pasca kenaikan harga BBM. jika tidak dinaikkan, buruh akan terus hidup di bawah garis kemiskinan. Bila tuntutan mereka tidak dipenuhi, pengunjuk rasa mengancam akan menggelar aksi mogok massal, dan terus menggelar aksi, hingga tuntutan mereka dipenuhi.
Aksi ini sontak membuat lalu lintas di depan kantor gubernur DKI, dari dan menuju thamrin, macet total
SOLUSI
seharusnya pemerintah lebih memperhatikan ungkapan para bruh yang bekerja itu,walaupun dia bekerja di pabrik tetapi dia ingin gaji mereka diaikan dan diperhtikan
No comments:
Post a Comment